BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari – hari, senyawa asam dan basah
dapatdengan mudah kita temukan. Mulai dari makanan, minuman, tubuh manusia,
hewan hingga suku cadang kendaraan bermotor. Buah – buahan mengandung senyawa
asam, contohnya, jeruk mengandung asam sitrat, tomat mengandung asam askorbat,
apel mengandung asam malat, sedangkan anggur mengandung asam tartrat. Minuman
ringan mengandung asam karbonat. Lambung manusia mengandung asam klorida yang
berguna untuk membunuh kuman dalam
tubuh. Beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa. Contohnya,sabun,
deterjen, dan pembersih peralatan rumah tangga.
B.
TUJUAN
a.
Untuk
mengetahui perbedaan asam dan basa
b.
Untuk
mengetahui pengertian asam basah oleh beberapa tokoh
c.
Untuk
mengetahui identifikasi asam basah dengan kertas lakmus
d.
Untuk
mengetahui indikator asam basa
e.
Untuk
menentukan asam dan basa
C.
RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana
perbedaan asam dan basah
b.
Bagaimana
pengertian asam basah menurut beberapa tokoh
c.
Bagaimana
identifikasi asam basah menggunakan kertas lakmus
d.
Bagaimana
indikator asam basah
BAB II
PEMBAHASAN
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk
Antoine Lavoisier secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung
oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena
pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is
tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah
yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa
Yunani yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti
“penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan
iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut
kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884,
ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan
landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika
asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat
asam dan basa dihilangkan.
A.
PENGERTIAN ASAM DAN BASA
Asam dan basa merupakan zat kimia yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
1.
Asam
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin “Acetum”
yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam
asetat.secara umum asam yaitu zat yang berasa masam.
2. Basa
Basa (alkali) berasal dari ahasa arabyang berarti abu.
Secara umum basa yaitu zat yang berasa pahit bersifat kaustik.
A. TEORI ASAM-BASA
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat
yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+)
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Basa adalah
zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum :
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan
air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa
padatan dimana tidak ada H+ dan OH-
2. Teori BrΦnsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus
BrΦnsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936)
secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada
zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+)
dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3
dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan
padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai
asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan
baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton,
zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila
zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan
sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang
terbentuk ketika satu proton pindah dari asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang
terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl–
adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan
seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut
sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2–
bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O,
yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya
membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH–
+ HCO3–
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat
berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua
molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
B. Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam
larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk
menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan
negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan
persamaan :
1. Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
2. Asam Kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan
ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat keasamannya,
dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
3. Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan
ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0
< α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan
langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+]
terlebih dahulu dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
4. Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut
dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman
dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.
5. Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan
besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus
dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
C. IDENTIFIKASI ASAM – BASA
1. Mengidentifikasi
asam – basa dengan kertas lakmus
Senyawa sam – basa dapat diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus dengan cara mengamati perubahan warna kertas lakmus ketika
bereaksi dengan larutan. Ada dua macam kertas lakmus yaitu kertas lakmus merah
dan kertas lakmus biru.
Ketika dicelupkan dalam larutan asam dan larutan basa,
kertas lakmus merah dan lakmus biru akan menghasilkan perubahan warna yang
berbeda. Larutan yang bersifat asam adalah air jeruk dan larutan cuka,
sedangkan larutan yang bersifat basa adalah air sabun dan larutan soda kue.
Kertas
lakmus merah yang dicelupkan dalam larutan asam tidak akan berubah warna, jika
kertas tersebut dicelupkan pada larutan basa akan berubah warna menjadi biru.
Sebaliknya, jika kertas lakmus biru yang dicelupkan kelarutan asam, lakmus akan
berubah menjadi merah. Adapaun jika dicelupkan kelarutan basa, warnanya tetap
biru.
2. Mengidentifikasi asam – basa dengan indikator
asam – basa
Selain kertas lakmus, kita juga dapat menggunakan indikator asam – basa
untuk membedakan asam dan basa. Indikator asm – basa adalah zat kimia yang
mempunyai warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Sifat itulah yang
menyebabkan indikator asam – basa dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat
asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam – basa diantaranya fenolftalein,
metil orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol merah,
timolftalein dan metil orange.
Indikator asam - basa
|
Warna yang dihasilkan
|
|||
Larutan asam
|
Larutan basa
|
|||
fenolftalein
|
Bening
|
Merah muda
|
||
Metil oranye
|
Merah
|
Kuning
|
||
Bromotimol biru
|
Kuning
|
Biru
|
||
Metil ungu
|
Ungu
|
Hijau
|
||
Bromokresol ungu
|
Kuning
|
Ungu
|
||
Fenol merah
|
Kuning
|
Merah
|
||
Timolftalien
|
Bening
|
Biru
|
||
Metil oranye
|
Merah
|
Kuning
|
||
Jika kita meneteskan larutan asam – basa kedalam larutan tersebut, kita
akan melihat perubahan warna larutan indikator. Perhatikan tabel berik
3. Mengidentifikasi Asam–Basa dengan indikator alami
Selain indikator buatan, kamu juga dapat mengidentifikasi senyawa asam dan
basa menggunakan indikator alami. Indikator tersebut dapat dibuat dari bumbu dapur,
bunga dan buah – buahan.
BAB III
KESIMPULAN
Asam dalam pelajaran kimia
adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat
menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca
yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
Basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH lebih
besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu basa kuat
dan basa lemah.
Basa mempunyai rasa pahit dan
merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat
menetralkan asam.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam. Jika pH >
7, maka larutan bersifat basa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar